Sunday, January 15, 2012

Januari Membasah


Hujan dan Januari malam ini berkonspirasi
Mencipta ritme ketukan di dalam ruang kelam sunyi
Bak bunyi pintu berketuk 5 menit lalu,
Ketukan dengan nada unik yang menghalau galau dan rindu.

Aku tak bisa membeda: apakah ritme itu adalah air mata
atau hujan yang membasahi hampar tanah
Ritme ketukan air semakin pekak dan deras...

Seolah orkestra yang mengiring senyap rasa penuh noktah
Ternyata bukan hujan yang membasah, tapi derai air matamu yang gelisah
Mengalir tanpa kau pinta...kau tahan tanpa kuasa...


Wahai pemilik wajah indah, maukah engkau berkisah?
Tentang asal usual air mata...
apakah ia pertanda suka ataukah dia pemindai duka?
Atau ceritakan tentang pahitnya rasa kecewa dan manisnya jatuh cinta
Konon dua rasa itu adalah bak pergantian siang dan malam
atau bak bergulirnya kristal embun yang menggelinding di sela dedaunan.

Maka mengapalah engkau berduka? Marilah kurangkum engkau dalam pelukku
Dalam dekap hangat sepanjang malam yang menggelayut atap langitmu
Ku harap gemuruh rasa dalam dadamu tak lagi memburu
Hentak liar jantungmu karena risau
kan lembut berdetak dalam dekap cintaku
Kurengkuh engkau agar tak ditinggal waktu

A S, Januari, 2012