Dengan apa akan kulukiskan rasa ini
Sketsa satu warna penuh Magenta,
Wajah senja yang berbalut merah saga,
Atau potret luka yang menganga?
Malam sudah membilang separuh purnama,
Pagi sudah menabuh dua belas subuh,
Cinta kita sejarak seberang benua,
Menunggu genderang waktu yang ditabuh.
Kanvas kosong di depanku
Palet cat minyak di kiriku
Kuas lukis di tangan kananku
dan sketsa kasar di hatiku
Senja demi senja terlewat,
Pagi demi pagi terlalui,
tanganku masih gemetar menggenggam kuas,
Menebalkan lagi sketsa dalam hati..
betapa nyatanya warna rasa,
Betapa rindunya jiwa mendamba,
Betapa indahnya cinta yang bersua.
Menandai gurat yang tegas, lembut, pelan
Memanjang atau menikung
Semua ku guratkan di kanvas kita
Kadang dia realis naturalis bagai lukisan maestro Abdullah atau Soedjojono
Kadang dia abstrak bagaikan goresan Affandi
Atau dia suryalis bagaikan karya Salvador Dali
Namun kadang dia berbentuk kaligrafi karya Umar Khayam
Lukisan itu bercorak macam-macam
Indah menikmatinya
Karena ia dicipta oleh warna hati
Alirannya kaya karena tak berkiblat pada satu rasa
KJ/KR, 9 Maret 2012