Tapal batas Ramadhan semakin nampak jelas
Kesedihanku semakin dalam
Aku ingin habiskan malam-malam terakhir dengan membaca ayat-ayat cinta-Nya.
Aku ingin mereguk tetes kerinduan-Nya
dan hilangkan dahaga dalam gersang jiwaku.
Aku ingin bercengkrama dengan-Nya
habiskan sisa malam di bulan cinta.
Sang Pencemburu seolah memelukku dengan kehangatan maghfirah-Nya
dan menyelimutiku dengan kelembutan barakah-Nya.
Air mataku mengalir tiba-tiba...
Aku tak rela atas perginya sang bulan cinta
Aku takut kehilangan dia
Aku takut kelak tak bersua dengannya
Karena di sana ada malam penuh romantika
suatu malam yang lebih syahdu daripada 83 warsa.
Malam mesra penuh warna...
Malam yang disaksikan para malaikat-Nya
Mereka goreskan tinta emas di atas lembar-lembar catatannya
Melukis semua amal hamba yang merindu
Membilang setiap kata-kata pujaan kepada-Nya
Malam yang tak mungkin kulupa
Malam yang tak ingin kulepas dalam lelap
Semoga ini bukan malam pertama atau terakhir
Tapi malam yang membuatku selalu terjaga
Bersujud di atas hamparan nikmat-Mu
Berharap kau lumurkan nur kasih-Mu
di sekujur tulang, darah, dan dagingku
di setiap sudut relung jiwaku
Kau ada menembus maya
Kau ada di atas kursi kuasa
Kokoh di dalam dimensi tanpa sekat buana
Kasih... pertemukan aku dengan bulan cinta
Agar aku bisa memeluk Mu
dan membaca ayat-ayat kasih Mu
dalam malam penuh romantika
malam malaikat senandungkan soneta cinta
Dan Kau taburkan benih ridlo dan suka cita
Ohhh... malam yang lebih indah dibanding 83 warsa
Melbourne, malam 29 Ramadhan 1428
12:41am
No comments:
Post a Comment