Kampus tempat belajar ternyata meradang kepanasan. Mahasiswa terlibat baku hantam dan mengumbar kenakalan yang sangat menjijikan. Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Sebelas Nopember di Tadulako mempertontonkan kepandiran insan-insan akademik ini. Mereka menistakan kawasan cagar nurani yang dihiasi dengan keunggulan prestasi akademis. Mereka tak lagi peduli terhadap nuansa Ramadhan yang dihormati sebagai bulan kedamaian. Sebuah pertanyaan besar mungkin menggelayuti ruang kesadaran kita. Ada lapisan kelam yang merona dalam gegap memori kita. Apakah pendidikan kita sudah tak lagi mampu memanusiakan manusia?
Tentu saja negeri ini terancam krisis yang lebih dahsyat dibanding krisis pangan. Kita akan mengalami krisis intelektual karena perguruan tinggi hanya mampu memproduksi insan-insan pandir jago jotos. Kita akan menyaksikan bahwa tukang pukul diproduksi oleh lembaga intelek. Krisis intelektual meniscayakan suksesi kepemimpinan akan diserahkan pada manusia-manusia bodoh. Nabi mengingatkan "dlolluu wa adlolluu" mereka sesat dan menyesatkan. Ketika bangsa ini dipimpin manusia-manusia bodoh dan pecundang, maka tak ada lagi yang menjadi kebanggan nasional. Lonceng kebangkrutan akan segera berbunyi sebagai penanda kiamat kubro bagi bangsa ini. Garda depan nurani dan intelektualitas telah bobol; dan kampus sebagai simbol kedigdayaan manusia paripurna tinggal onggok puing-puing sampah.
Ciputat, 24/09/08
No comments:
Post a Comment