Wednesday, December 06, 2006

AA Gym


Kasus nikah lagi AA Gym adalah hal biasa. Namun menjadi luar biasa karena AA milik banyak orang, AA terkenal, dan AA memang da'i kondang (beda dengan saya yang da'i kandang). Di sinilah publik yang merasa memiliki langsung bereaksi. Coba kalau yang nikah lagi itu tetangga saya yang kuli bangunan dan nggak dikenal banyak orang, tak akan ada gaung sumir bergema dimana-mana. Paling juga cuma riak kecil dalam radius sekian meter.

Saya tahu bahwa banyak kaum perempuan yang merasa teriris hatinya melihat AA nikah lagi. AA dipandang oleh banyak perempuan menodai komitmen AA membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Namun ada juga yang memandang bahwa pernikahan AA yang kedua ini untuk menguji konsep "manajemen qalbu" yang AA ajarkan selama ini. Apakah qalbu bisa disentuh oleh menejemen yang adil? Ataukah ini untuk menentang kecenderungan nurani yang biasa bergejolak, melayang, dan bahkan menghempas tanpa kendali? Saya berharap AA bisa membuktikan pada orang banyak bahwa qalbu AA bisa merangkul dua istri di rumah. Mungin nanti AA bisa membuat konsep baru mengenai "manajemen cinta" untuk meyakinkan para kaum hawa bahwa cinta adalah sesuatu yang ajaib dan tak pernah surut meski usia semakin beringsut. Cinta adalah oksymoron yang menggebu yang merengkuh damai dalam ikatan jiwa.

Kembali ke AA yang memang terkenal itu dan menjadi milik banyak orang. Keputusan AA menikah lagi pastilah sudah ditimbang matang-matang. Satu hal yang tak bisa kita pungkiri adalah kasus AA bakalan menjadi komoditas politik sementara pihak untuk mengambil keuntungan dari suara mayoritas perempuan. Banyak politisi serasa menemukan ide untuk berbicara mengenai perjuangan dan perlindungan hak perempuan. Tak kurang pula pemerintah berencana merevisi UU perkawinan yang mengatur larangan beristri lagi. Bak pahlawan kesiangan, mereka akan berkoar tentang ganyang poligamier! Saya yakin diantara mereka yang menentang pasti ada yang didukung oleh motivasi moral.

Apapun dalihnya, publik figur, seperti AA, memang riskan menentukan sikap. Bak layang-layang. Semakin tinggi, semakin kencang angin berliuk dan salah-salah "gusrak" layang-layang nyangkut di tiang listrik! AA pasti tahu resiko yang bakal dihadapinya. Namun jangan sampai kita berkesimpulan bahwa ada yang salah dalam ajaran Islam. Dus, bisakah kita mencoba untuk menghargai bahwa apa yang dilakukan AA saat ini hanyalah sebuah pilihan. Pilihan bisa saja benar dan bisa saja salah. Tergantung Sang Korektor Mutlak yang akan menilaianya. Kita do'akan saja agar AA dan kedua istri dan anak-anaknya bisa menikmati samudera rahmat-Nya. Semoga AA bisa adil. Pasti Pak Puspo yang dari Solo saat ini sedang tersenyum riang karena calon anggota baru bakalan bergabung untuk menerima award. Selamat menyantap ayam bakar A...

Melbourne, 6 Desember 2006

No comments: