Wednesday, December 06, 2006

Studi


Akhir November lalu di suatu siang, aku hampir tak percaya ketika pembimbingku bilang bahwa aku dinyatakan lulus ujian doktorat! Sekian detik aku terdiam dan ada rasa haru yang tak terhingga atas nikmat yang tak terduga ini. Pembimbingku, Mbak Georgi, langsung menyalamiku, "Selamat Pak Doktor Suparto!" Senyum Mbak Georgi mengembang manis. Dia bangga bahwa salah seorang muridnya berhasil. Ntah berapa banyak murid-muridnya yang sudah menggondol doktor di bawah bimbingan dia.

Ada rasa malu yang tak terhingga menyergapi diriku ketika dipanggil dengan sebuah gelar baru. Rasanya aku tak pantas menyandang titel itu. Aku masih merasa bodoh dan bebal. Bahkan sepertinya titel akademik ini makin menghakimiku untuk menyodorkan bukti-bukti intelektualitas akademis yang aku rasa masih cetek-cetek amat. Aku jawab kepada Mbak Georgi, "Actually I am quite shy by this. I don't deserve to put a "doctor" before my name!". Kata-kataku tulus dan tak bermaksud menutupi ekspresi semuku. Aku memang masih belum layak; aku merasa bodoh dan dungu; aku malu. Mbak Georgi hanya tertawa terbahak, "C'mon Suparto! Yes you do!"

Alhamdulillah Ya Allah!. Desir nafasku menyentil ceruk hati yang paling dalam dan menggetarkan bahana terima kasih yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Aku biarkan ruang hatiku diisi nyanyian syukur dan tarian zikir yang mendayu dalam dekapan hangat musim semi. Ternyata itu bukanlah satu-satunya berita terbaik yang aku terima hari itu. Aku ternyata diberi kesempatan untuk melakukan penelitian lagi untuk program post-doctoralku. Aku dapat beasiswa lagi! Allah Akbar!! Begitu agung nikmat-Mu ini. Aku sadar bahwa nikmat-Mu itu lebih agung dari alam maya ini. Bahkan pengabdianku pada-Mu tak seimbang dengan karunia-Mu hari ini. Semoga Engkau selalu membimbingku. Aku yakin Engkau selalu bersamaku dan mendengar pintaku. Cinta, sayang, dan kasih-Mu adalah lautan dan hamparan panorama nikmat yang tak bosan aku reguk.

Melbourne, 7 Desember 2006.

No comments: