Monday, May 08, 2006

Sisa Cinta

Angin malam di penghujung musim semi semakin keras. Dingin menusuk tulang. Lola duduk dekat perapian sambil merapatkan lututnya ke tubuhnya. Tangannya melingkar dan mendekap kakinya yang jenjang terbalut jeans warna hitam. Dagunya disandarkan di antara lututnya. Lola memandang jilatan api yang menari-nari menyeruak di atas pori-pori kayu pinus. Pijar kuning dan biru menyala memancarkan keindahannya sendiri. Malam itu suasana rumah sepi, Mas Aryo sedang keluar kota untuk keperluan bisnisnya.

Seulas senyum menghias bibir Lola. Ingatannya ternyata mengetuk lembar-lembar memori masa lalunya. Lola masih ingat kejadian tadi siang ketika dia jalan-jalan di Swanston street untuk sekedar window shoping di deretan pertokoan yang biasa dipenuhi oleh orang yang lalu lalang dari dan menuju stasiun kereta Flinders Street. Suara roda besi trem listrik yang beradu dengan relnya mengeluarkan bunyi derit khas di sepanjang jalan Swanson menyesuri jantung kota yang dihujami oleh gedung-gedung tua. Trem listrik menjadi maskot kebanggaan kota Melbourne. Lola masuk toko sepatu untuk sekedar mencoba beberapa model sepatu yang disukainya di salah satu gerai sepatu. Kebetulan saat itu sedang obral. Lumayan untuk memanjakan diri dengan ukuran ekonomis. Interior gerai terlihat manis dengan deretan sepatu yang dipajang rapi dengan sentuhan seni dan desain cantik. Beberapa sepatu berhak tinggi ditaruh di atas lemari kaca di pojok ruangan. Tak ketinggalan sepatu-sepatu boot mirip yang dipakai oleh penyanyi country Dolly Parton dipajang berundak-undak di etalase.

“Ini dia, model yang kucari”, gumam Lola seraya mengambil sepasang sepatu kulit merek Clarks warna hijau muda. Dia segera mencari bangku kecil untuk mematutkan sepatu di kaki mungilnya. “Pas ukurannya…”, senyum Lola mengembang. Ketika Lola sedang memandangi sepatu di kakinya, tiba-tiba ada suara laki-laki memanggil nama lengkapnya, “Lola Agustina…”. Yah, suara yang pernah akrab di telinganya beberapa tahun lalu. Sekejap darahnya terserap deras oleh degup jantung yang tiba-tiba bertalu kencang. Lola menengok ke arah suara itu. Ya Tuhan, ternyata Anton sudah berada di belakangnya. Laki-laki yang pernah menghias dinding hatinya. Senyum Anton dengan deretan gigi putih rapi menyentak kebengongan Lola, “Apa kabar Lo…?”. “Baik, lho kok kamu ada di sini Ton?”, cepat-cepat Lola menampik kemasyghulan hatinya.

“Sudah lama kita tak bertemu yah. Mungkin ada sekitar enam tahunan”, cetus Anton untuk menepis kebekuan sambil mengulurkan tangannya ke arah Lola. Lola mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Anton. Ada getar indah yang menyelusup perasaan Lola. “Lo, bagaimana kalau kita ngobrol sebentar di warung kopi di depan sana?”, usul Anton. Anton selalu saja menyebut cafe dengan istilah warung kopi. Lola hanya mengangguk dan ditaruhnya sepatu yang sudah dicobanya di tempat semula. Kebetulan suasana saat itu agak cerah dengan sinar mentari lembut tanpa terik. Anton memesan kopi late dua gelas dan croissant keju dua potong dalam piring berbeda. “Ton, kamu kok ada di sini?”, Lola mengulangi pertanyaannya sekali lagi. “Kebetulan saja Lo, aku ada seminar di Melbourne selama empat hari. Nah, tadi ketika pas aku jalan-jalan, aku ingin membelikan oleh-oleh untuk Mira, istriku. Aku berpikir untuk membeli sepasang sepatu saja. Tapi ketika aku masuk toko itu, nggak dinyana dan nggak diduga tiba-tiba aku melihat kamu lagi nyobain sepatu. Awalnya aku ragu, namun aku beranikan untuk menyebut nama lengkapmu. Syukurlah ternyata kamu mengengok…”, sahut Anton sambil menyeruput late-nya. “Eh, ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu di sini, bagaimana dengan Mas Aryomu?”, tanya Anton seakan menyelidik. Lola pura-pura tersenyum dan berkata, “Baik-baik saja, Mas Aryo saat ini lagi sibuk mengerjakan proyek otomotif di Queensland. Mungkin dalam dua hari mendatang dia balik ke Melbourne.”

Anton menarik nafas dalam, kemudian dia berkata dengan nada berat, “Lo, sejujurnya aku nggak bisa melupakan kamu. Ketika tiba-tiba kamu menghilang, aku bingung dan sedih. Aku tanya Mas Ditya, kakakmu. Katanya kamu tak ingin lagi ketemu aku. Aku tak tahu apa sebenarnya yang membuatmu demikian…”. Lola hanya terdiam. Dia sengaja menghindari Anton karena desakan ibunya yang tak setuju dengan jalinan hubungan mereka. Lola masih ingat ketika ibu Anton mengatakan bahwa Anton tak sepadan dengan Lola yang tak jelas asal muasalnya. Ibu Anton memberi tahu bahwa Anton akan dijodohkan dengan Mira anak perempuan sahabat ayah Anton. Sejak saat itu Lola tidak mau bertemu lagi dengan Anton meski hal itu dirasakan berat sekali. Lola rela berkorban demi kebaikan Anton dan Mira. Untuk mengurangi kepiluan hatinya, Lola memutuskan untuk kuliah di RMIT Melbourne. Perjalanan hidup Lola ternyata membawanya kepada takdir lain. Di Melbourne dia bertemu dengan Aryo dalam sebuah pesta ulang tahun. Untuk menepis bayang-bayang Anton, Lola pun menerima cinta Aryo.

Lola menatap mata Anton, “ Maafkan aku Ton, namun aku lakukan untuk kebaikan kamu dan Mira. Aku tak memungkiri bahwa saat itu aku butuh cinta yang pasti. Harapanku saat itu adalah kamu. Namun sekali lagi cinta tidak harus memiliki, dan cinta harus melihat realitas…”, suara Lola tercekat dan matanya terlihat sendu. Anton terdiam, tatapannnya tak lepas dari wajah Lola. Kemudian Anton menggenggam tangan Lola. Antahlah mengapa saat itu Lola tak mampu menolak dan bahkan menikmati genggaman tangan Anton. Sekejap kemudian bayangan Aryo melintas di benaknya. Seketika itu juga Lola menarik tangannya dari genggaman Anton, "Maaf Anton, aku sudah menjadi milik orang lain. Maafkan aku, aku harus buru-buru balik ke kantor. Jam istirahat lunch-ku sudah habis." Anton hanya tersenyum dan bias sesal terlihat di air wajahnya, "Maafkan aku Lo, aku tak bermaksud demikian. Namun bolehkah aku punya nomor teleponmu. Aku tak ingin persahabatan kita kandas sampai di sini." Lola bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Keraguan di hatinya muncul dan dia tak tega untuk menyakiti orang sebaik Anton. Apakah ini berarti bahwa sesungguhnya denting cinta masih saja bernyanyi di dalam hatinya?

1 comment:

bpk.anto di jateng said...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل