Monday, February 11, 2008

Bangkrut

"Pak Parto, tolong tuliskan berita tentang pertemuan kita di masjid Westall ini," Pak Ade meneleponku dari seberang sana. Pak Ade, salah seorang sesepuh di Melbourne yang berkiprah banyak dalam menggagas kelompok pengajian bagi para permanent resident dan pendirian masjid Westall, menyarankan agar pertemuan di masjid Jum'at malam tanggal 8 Februari 2008 bisa ditulis di blog harianku ini. Pak Ade memandang bahwa pertemuan 'maaf-memaafkan' adalah pertemuan yang sangat bagus bagi keberlangsungan keutuhan umat Islam di Melbourne. Baiklah aku ceritakan semampuku saja.

Petang sehabis Maghrib sekitar jam 10pm selepas orang-orang belajar membaca al-Qur'an dan mendengarkan tafsir sedikit dari ayat-ayat pilihan, acara yang biasa diisi dengan ceramah dirubah menjadi acara 'silaturahim istimewa'. Pak Ade mengawali pertemuan tersebut dengan mengatakan, "Masjid ini dibangun untuk kepentingan bersama dan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam hal yang tak mengenakkan bagi kepentingan masjid ini, maka saatnyalah untuk saling meminta maaf dan memaafkan. Kita harus melihat kenyataan bahwa umat Islam itu bermacam ragam. Untuk itulah masjid ini ada." "Bibit perpecahan harus disingkirkan. Ada orang yang tak saling menyapa, maka hal itu harus dihentikan. Marilah kita bersama-sama lagi seperti dahulu," demikian Pak Ade berkata pelan namun tegas. Selanjutnya Pak Ade menjelaskan apa fungsi masjid dan apa yang dibutuhkan oleh masjid dengan sokongan penuh dari masyarakat Muslim Indonesia di Melbourne. Setelah selesai bicara, Pak Ade mengajak para jamaah semua berdiri dan saling bersalaman dan meminta maaf. Alhamdulillah pada malam itu seolah malaikat rahmat mengerubuti para hamba yang hatinya betul-betul disirami cahaya ikhlash untuk saling memaafkan. Kalau ada ganjalan dan perasaan tak ridlo, maka hal itu diserahkan kepada masing-masing orang yang hadir. Bagi Pak Ade, yang terpenting adalah budayakan saling maaf memaafkan antar sesama.

Bagiku , sebagai seorang Muslim, meminta maaf dan saling memaafkan adalah sebuah kemutlakan. Secara hakikat kita sudah saling memaafkan, namun secara syari'at lafaz meminta maaf dan memaafkan sangat mutlak diperlukan. Hal ini merupakan bentuk pendidikan diri atas kelemahan kita. Hal ini merupakan pengakuan diri bahwa kita adalah makhluk yang selalu ditumbuhi oleh borok kesalahan dan dosa. Tak ada satupun diantara kita yang tak ternoda oleh kesalahan dan dosa. Bahkan nabi Muhammad sendiri mengatakan, "Semua manusia adalah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertobat." Dosa kita kepada Allah, maka cukuplah kita meminta ampun kepada-Nya lewat istighfar dan penyesalan. Namun, salah kita kepada sesama cucu Adam, maka tak cukup hanya berujar istighfar. Selama seorang hamba masih menuntut keadilan atas kesalahan kita, maka di akhirat kelak kebaikan kita akan diberikan kepadanya dan dosa dia akan ditimpakan kepada kita. Hal ini pernah disinggung oleh rasulullah SAW sebagai orang yang bangkrut.

Hadits berikut mengisahkan nasib tragis seseorang yang memanggul banyak sekali amal ibadah, namun ketika di hari Hisab dia harus kehilangan semua pundi tabungan amalnya karena tak menyelesaikan hak-hak anak Adam di muka bumi ini. Kezaliman yang diperbuat yang membuat sesama Muslim tersakiti membuatnya kehilangan seluruh bekal amaliahnya. Silahkan simak hadits ini:

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522).

Hal yang sangat jelas bagi kita yang naif dan dla'if untuk mengakui bahwa kita adalah tempat sampah dari semua salah dan alpa. Andai toh menurut kita benar, namun penyampaian dakwah yang menyakitkan saudara seiman, patutlah kita memohonkan maaf dan ridlo darinya. Jangan sampai tugas mulia yang kita emban justru menzalimi perasaan sesama. Usaha dakwah Rasul selalau dihiasi dengan kelemahlembutan dan jauh dari buruk sangka penilaian sebuah kelompok yang didakwahi. Tak layak sosok Rasul yang lembut tingkahnya, damai kata-katanya, teduh air mukanya tak mampu kita transformasikan dalam dakwah di era kekinian. Kita kadang tanpa sadar memandang rendah dan sebelah mata hamba yang lain dalam sisi ibadah dan kehidupan pribadinya. Mungkin benar kata pepatah, "Kuman di seberang lautan terlihat jelas, namun gajah di pelupuk mata tak terlihat." Allahlah yang Maha Menilai amaliah seorang hamba, bukan kita.

Jika kita tak sempat meminta maaf pada saudara kita yang pernah kita zalimi baik sengaja maupun tidak, maka kita pun harus bersiap untuk merelakan lonceng kebangkrutan berdentang mengiringi kematian kita. Andai kita tak sempat meminta maaf pada mereka yang kita rendahkan kehormatannya, maka kita harus rela andai besok di akhirat kelak, kita menjadi manusia papa dan hina karena tak memiliki amalan apapun yang bisa dipertanggungjawabkan. Semua manusia yang kita sakiti sama-sama melempar kotoran dosa dan menyorongkan kita ke dalam lubang neraka...a'udzu billah min dzalik!. Simak hadits berikut ini tentang perlunya meminta maaf kepada sesama:

Di dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAWbersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كاَنَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia) sebelum (datang suatu hari di mana di sana) tidak ada lagi dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari kiamat). Bila ia memiliki amal shalih diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan maka diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Al-Bukhari no. 2449).

So, mari kita belajar untuk selalu berkata, "Maafkan saya andai saya pernah menyakiti Anda" dalam setiap bertemu dengan saudara-saudara kita. Sangat mungkin tingkah dan kata kita menyakiti hati sesama di luar kesadaran sosial kita. Kita kembali bersih ketika hablun minan naas diusung dalam bentuk kerukunan. Semoga moment silaturahim di masjid Westall kemarin adalah sarana untuk merefleksi diri dan merenung atas kenaifan dan ketololan kita. Allah Maha Tahu dan Allah Maha Suci!

Melbourne, 12 Februari 2008


No comments: