Monday, February 04, 2008

Membuka


Dunia itu gelap bagi mereka yang tak memegang nur Ilahi. Mereka menerjang apa saja yang berada di hadapan mereka. Menerjang segala hal yang tak jelas aturan dan hukumnya. Bagi mereka dunia adalah kehidupan; dunia bukanlah ladang akhirat untuk menabur amal.

Ketika mata mereka terbuka mengawali pagi yang berhias sorot sinar mentari, namun hati mereka terpejam ditutup oleh jelaga dosa dan salah. Mereka tak memiliki nurani untuk mengawali hidup dengan sebuah makna. Makna hidup bagi mereka adalah kehormatan materi dan pujian banyak manusia. Semua yang terserak di atas muka bumi ini ingin dilahap dan dijejalkan ke dalam perut nerakanya. Kerakusan menjadi penyakit manusia-manusia modern sekarang ini.

Tak ingatkah bahwa Allah telah menggaungkan sebuah surat pembuka. Yah, al-Fatihah, sebuah surat pembuka karena ia ibarat kunci yang bisa membuka simpul makna Qur'ani yang maha dalam. Ia juga merupakan surat pembuka bagi kehidupan yang lebih baik dan suci. Surat ini menjadi wajib bagi bacaan shalat manapun karena ia adalah kunci yang membuka dialog seorang makhluk dengan Khaliknya. Lihatlah di sana ada sebuah kalimat yang menuntun kita agar hidup selalu ada di atas jalan lurus-Nya; jalan orang-orang yang Dia cinta; bukan jalan orang-orang yang Dia benci dan Dia maki.

Al-Fatihah membuka mata batinku bahwa hakikat hidup adalah ketundukan kepada Sang Penguasa alam. Aku ingin bahwa ibadah, ilmu, jiwa, raga, dan sebagainya yang kumiliki hanya kupasrahkan kepada-Nya. Aku ingin leburkan semua penyakit yang menyumbat nurani kemanusiaanku. Syetan tak perlu disalahkan andai dia menggodaku. Aku lebih suka menyalahkan diri sendiri yang terlalu lemah berhadapan dengan sang syetan yang telah dilaknat Allah.Biarlah syetan menuduhku bahwa ibadahku hanyalah untuk mencari laba dunia. Biarlah syetan terus memakiku bahwa ibadahkan hanya dipenuhi wajah kepura-puraan sang munafik. Biarlah syetan menyebar warta bahwa ibadahku hanyalah untuk menjaring pengikut yang tersesat ke jalan sesat. Aku tak ingin mendengar 'cerocosan' syetan, karena mendengarnya berarti kita menjadi pendengar yang setia.

Tak terhitung betapa banyaknya kawanku yang setia menjadi pendengar syetan berakhir dengan keluh-kesah dan kegelisahan batin. Dia hanya ingin berjalan di atas papan rapuh keangkuhan dan egoisme. Mungkin dia tak sadar bahwa syetan beserta anak cucunya sedang bernyanyi riang ketika angkuh dan egois menjadi watak kita.



Aku ingin membuka hidup dengan al-Fatihah. Kehidupan dibuka dengan basmalah dan pujian namanya. Kemudian kehidupan dibuka dengan pengakuan bahwa kita hanya menyembah dan meminta pertolongan-Nya. Sampai akhirnya kehidupan harus diletakkan di atas jalan lurus yang bertabur rahmat. Genggam kunci kehidupan ini agar kau tak tergelincir dalam lembah kebinasaan. Masihkah kita menjadi pendengar setia syetan ataukah kita ingin menjadi pengikutnya? Ku terpekur seorang diri sambil melantunkan sebaris demi sebaris bait al-Fatihah.

Melbourne, 5 Februari 2008

No comments: