Hari Kamis, 3 Januari 2008, jam 19.30, Azieta Mayyazah Asma Ali-Rahman terlahir ke dunia ini di rumah sakit MMC (Monash Medical Centre). Hadiah Tuhan yang jatuh ke pangkuan dua orang kekasih, Ali dan Leni adalah sebuah titipan yang paling berharga dalam hidup mereka. Bayi perempuan mungil yang menurut orang tuanya dipanggil Zita terlihat sehat dan berambut indah. Tinggi 50 cm dan berat badan 2,9 kg. Zita lahir normal, meski kelahirannya dirasa sangat tiba-tiba bagi pasangan Ali dan Leni.
Kelahiran, jodoh, dan kematian adalah untaian takdir yang tak pernah disadari dan tak akan bisa direncanakan oleh manusia. Kehidupan ini terlalu kompleks dengan berbagai tumpukan peristiwa. tak ada sesuatu yang dicari manusia dalam kehidupannya kecuali kebahagiaan. Kelahiran memiliki dua wajah, yakni wajah kebahagiaan bagi sang orang tua yang diberi amanat, dan wajah kontinuitas kehidupan yang akan mengukir lembar-lembar kisah manusia. Betapa bahagia sang orang tua ketika bisa menimang sang buah hati. Cinta adalah refleksi suci yang ditumpahkan ke dalam sanubari hamba Allah. Cinta adalah secuil percikan watak Allah yang ditabur di atas hamparan dunia ini. Kelahiran adalah peristiwa yang bisa dipahami sebagai inti kehidupan ini, yakni kebahagiaan, cinta, dan keberlansungan hidup.
 Banyak hamba Allah yang belum mampu memahami hakikat cinta. Muara cinta adalah penghambaan  totalitas kepada Allah SWT. Sebuah rumah tangga yang dibangun tanpa cinta, maka warna penghambaan kepada Allah pun musnah. Yang ada hanyalah penghambaan kepada materi dan birahi. Kedua pihak, istri dan suami, tak akan mampu mengarungi biduk kehidupan menuju muara penghambaan kepada Sang Khaliq andai hakikat cinta tak pernah dipahami. Jika sebuah rumah tangga dibangun berdasarkan pemahaman kita terhadap pesan-pesan suci Sang Pencipta dan nasihat-nasihat bernas sang utusan Allah, maka cinta yang dibangun akan dijiwai oleh sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih). Ikatan batin suami-istri akan sangat kokoh dan tak akan putus bila cinta kepada Allah menjadi jiwa kehidupan rumah tangga.
Banyak hamba Allah yang belum mampu memahami hakikat cinta. Muara cinta adalah penghambaan  totalitas kepada Allah SWT. Sebuah rumah tangga yang dibangun tanpa cinta, maka warna penghambaan kepada Allah pun musnah. Yang ada hanyalah penghambaan kepada materi dan birahi. Kedua pihak, istri dan suami, tak akan mampu mengarungi biduk kehidupan menuju muara penghambaan kepada Sang Khaliq andai hakikat cinta tak pernah dipahami. Jika sebuah rumah tangga dibangun berdasarkan pemahaman kita terhadap pesan-pesan suci Sang Pencipta dan nasihat-nasihat bernas sang utusan Allah, maka cinta yang dibangun akan dijiwai oleh sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih). Ikatan batin suami-istri akan sangat kokoh dan tak akan putus bila cinta kepada Allah menjadi jiwa kehidupan rumah tangga.Sakinah (ketenangan batin) hanya dapat direngkuh hanya melalui tingkat keimanan yang mapan. Gempuran masalah seperti apapun akan musnah andai hati keduanya dilumuri dengan manisnya iman. Keduanya secara otomatis akan paham makna menghormati satu sama lain. Keduanya akan paham makna melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak suami-istri andai agama dijadikan landasan. Bukan egoisme dan hidup tanpa arah. Rindu yang bergetar kuat antara kedua insan Allah ini tak akan langgeng andai nilai-nilai agamis tak terefleksikan kehidupan sehari-harinya. Bukankah terlalu banyak kita saksikan egoisme dan individualisme menjadi nyawa kehidupan pasangan-pasangan modern? Bukankah pernikahan hanya dipandang sebagai sarana mencitrakan status sosial belaka? Bukankah pernikahan sering dipahami sebagai penghalalan hubungan kelamin belaka?
Di akhir refleksiku, aku berharap bahwa cinta suami-istri dapat dibangun melalui penghambaan kita kepada Allah SWT. Kelahiran adalah salah satu produk dari letupan cinta. Wariskan hakikat cinta kepada generasi mendatang, yakni generasi yang hidup bukan di zaman kita. Tantangan ke depan semakin menakutkan. Bagi kitalah untuk mengajarkan makna cinta yang sebenarnya di saat banyak media mengajarkan cinta sebatas hubungan kelamin belaka.
Melbourne, 14 Januari 2008
 
 
 
No comments:
Post a Comment